Kayu Sanrego (Lunasia amara Blanco) dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan sebagai afrodisiaka, herbal yang berkhasiat untuk meningkatkan libido. Tumbuhan ini berupa pohon, tumbuh tegak, tinggi mencapai 12 meter, batang berkayu, penampang lintang batang bundar, permukaan batang licin. Daun tunggal, berbentuk jantung, ujung dan pangkal daun berbentuk runcing, permukaan kasar dan berlekuk, duduk daun bersilang, pertulangan daun menyirip, dan berwarna hijau kebiruan. Tumbuhan ini menyebar di Pulau Sulawesi hingga Pulau Papua bagian Barat. Di Minahasa, tumbuhan ini dikenal dengan sebutan Pintan, Makelum halaluna atau Aifata, dan di Madura dikenal dengan sebutan Pamaitan. Kandungan senyawa aktif antara lain golongan alkaloid, yakni lunakridina, lunakrina, lunasina dan lunania; kalsium oksalat, asam formiat, steroid dan glukosida.
Diawali dengan cerita yang berkembang di masyarakat tentang seekor kuda yang menjilati batang sanrego dan memakan daun serta kulit kayu, kemudian mengalami peningkatan libido dan kemampuan seksual. Masyarakat setempat kemudian tertarik mengkonsumsi tumbuhan ini dengan merendam batang kayu sanrego dalam air selama semalam dan meminum air rendaman tersebut. Khasiat yang dirasakan setelah minum air rendaman kayu sanrego adalah efek afrodisiaka yang luar biasa.
Cara membuat seduhan ramuan sanrego, 300 gram serbuk kasar kayu sanrego direbus dalam 1 liter air hingga mendidih selama 30 menit. Selamat mencoba dahsyatnya sensasi efek afrodisiaka sanrego.
Katno dan Sari Haryanti, 2009. Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia, 2 (1):28-32
No comments:
Post a Comment